"Orang mukmin itu berpenampilan simpatik. Tiada kebaikan pada orang yang
tidak berpenampilan simpatik dan tidak memberi simpatiknya (kepada
orang lain)" (H.R. Ahmad).
Sikap adalah kenyataan sejarah yang
patut direnungkan oleh mereka yang telah lama bergerak di ranah
pendidikan. Pengaruh apapun yang ingin ditularkan kepada orang lain
tentulah berkaitan dengan metode maupun arah tujuan yang jelas dalam
pencapaian prosesi pembinaan tersebut. Pembinaan yang akan menumbuhkan
karakter bagi orang yang dibina takjauh berbeda dengan pahatan seniman
di atas batu yang cadas. Karakter ini adalah sikap yang diaktifkan dan
berlaku sepanjang hayat.
Di samping metode pendidikan yang sudah
tertera dalam Alquran, Rasulullah SAW tercinta telah menggagas dengan
lengkap tetang bimbingan Ar Rozaq untuk penciptaan generasi yang bersih
jiwanya, bersih otaknya, bersih konsepsinya, bersih pemikirannya, bersih
kejadiannya. Inilah yang dinamakan pembinaan dalam Islam yang dapat
kita sebut tarbiyah Islamiyah. Keberhasilan metode pendidikan ini sudah
terbukti pada putra-putri terbaik Islam, sahabat-sahabat Rasulullah SAW
yang kesemuanya berkarakter kuat. Mereka selalu memberikan kontribusi
penting dalam penyebaran Islam sampai menjadi imperium keimanan yang
menguasai sepertiga dunia.
Karakter pribadi kita saat ini
merupakan bagian takterpisahkan dari proses tansformasi ilmu. Pembinaan
yang melalui transformasi ilmu ini menghasilkan pertumbuhan karakter
yang hanya mampu diserap secara berangsur-angsur. Hal ini terjadi karena
ketiadaan pendamping yang kokoh dan landasan yang kuat dalam penanaman
karakter. Sehingga yang terjadi adalah terciptanya manusia cerdas tapi
malas, pintar tapi hambar, dan unggul tapi mandul. Mereka tidak mampu
memberikan karya penting bagi umat bahkan Islam. Ketinggian ilmu dapat
menghasilkan karya terbaik untuk umat jika dibarengi dengan pendidikan
moral berdasarkan Islam.
Dalam percepatan kebutuhan pendidikan
manusia yang berkarakter inilah Islam hadir untuk menciptakan
metamorphosis menjadi manusia yang berguna bagi umat, atau yang sering
Allah SWT panggil dengan nama mukmin. Ia dilahirkan dari basis iman yang
memenuhi volume, bentuk, suasana dan situasinya. Dari sinilah karakter
individu terbentuk, sehingga ia mampu merefleksikannya kepada orang
disekitarnya. Orang-orang tersebut memberikan pencerahan kepada
masyarakat. Kemudian masyarakat memberi dampak kepada pemerintahan yang
akhirnya akan bermuara kepada dunia Islam yang mendunia. Lalu
bagaimanakah metode yang paling efektif untuk menjadi seorang mukmin?
Imam Hasan Al Banna menuturkan salah satu metode untuk menjadi mukmin
ini:
"Islam sangat menganjurkan agar para pemeluknya membentuk
kumpulan-kumpulan keluarga dengan tujuan mengarahkan mereka untuk
mencapai tingkat keteladanan, mengokohkan persatuan dan mengangkat
konsep persaudaraan di antara mereka dari tataran kata-kata dan teori
menuju kerja dan operasional yang konkret. Oleh karenanya
bersungguh-sungguhlah engkau wahai saudaraku untuk menjadi batu bata
yang baik dalam bangunan Islam ini" (Majmu’atur Rasail , Hasan Al
Banna).
Ya, sebuah peradaban yang dahulu runtuh hanya dapat
kembali tegak dengan melalui pembangunan satu demi satu batu batanya.
Inilah yang dalam dunia modern dinamakan pembangunan peradaban dengan
sistem bottom-up. Kejayaan Islam tidak akan ada tanpa kejayaan umat
Islam. Dengan kata lain, kejayaan Islam akan terbentuk jika
pribadi-pribadi muslim bertranspormasi menjadi mukmin sejati. Tidak
hanya mumpuni dalam segi keimanan, seorang mukmin dapat merefleksikan
keimanannya kepada orang lain dengan sebuah metode seruan bernama da'wah
untuk mempercepat terbentuknya peradaban Islam.
Oleh: Muhammad Haden Aulia Husein
Ketua Bidang Politik dan Kajian Stratejik
GEMA KEADILAN Kota Cimahi