Ketika Nabi
shallallahu'alaihiwasallam ditanya manusia yang paling utama, beliau menjawab:
"Setiap orang yang makhmul al-qalb dan shaduq al-lisan (sangat benar
ucapannya). Para shahabat lalu bertanya: Kami mengetahui tentang Shaduqul
lisan, akan tetapi apa maksud dari makhmul al-qalb ? Maka beliau menjawab:
Yaitu orang yang bertakwa lagi bersih (jiwanya), tidak mempunyai dosa,
kedzaliman, dendam, maupun rasa iri dengki".
(H.R Ibnu Majah).
(H.R Ibnu Majah).
Sahabat,
Sungguh ini suatu rangkaian yang
rumit ketika kita dituntut untuk mencari kebaikan di tengah gelombang dunia
yang menjamah pantai pemikiran dan hati yang hadir dengan deburan ombaknya yang
kencang. Sosok-sosok manusia yang sekedar bermain di pinggirnya tidak lagi mampu
menikmati dan sedikit waktu untuk berfikir jernih ketika sekejap pasang air
dunia menghampiri dengan masa yang sekelebat cepat. Mungkin, hanya pribadi yang
terbiasa dengan tempaan Ilahiyyah yang paham. Bagaimana selamat dari tumbukan
yang meracau sanubari dan akal ini.
Sahabat,
Jangan jadikan ironi kegalau-an
diri atas makna hidup menutupi kejernihan hati dan jiwa kita untuk melihat dan
mencari siapa teman ataupun pribadi yang tepat untuk sekedar menghantarkan kita
ke arah pencerahan bernama kepemimpinan yang bersih.
Bukankah bersih merupakan bagian
dari keimanan? Sehingga, sudah sepantasnya semua aspek kehidupan dan
penghidupan tidak bisa terlepas dari belenggu kebersihan ini yang sedemikian
bercahayanya. kita semua tentu sudah muak dengan kesulitan-kesulitan yang
dibebankan kepada kita oleh buaian penguasa yang seolah memudahkan.
Bersihnya kepemimpinan itu, bukan
hanya sekedar kejujuran melainkan adalah kemampuan menjalankan amanah sesuai
dengan yang di titipkan kepadanya. Volume amanahnya adalah tidak berlebih yang
berakibat Ujub (Sombong) atau Kurang sehingga timbullah pribadi korup.
Sahabat,
Yakinlah pembangunan yang baik itu
butuh sumbangsih semua elemen pemilik kekuatan dalam merancang goresan
sejarahnya. Disadari, mungkin tidak semua unsur itu akan bahagia. Melainkan kita
percaya semua cita mereka setidaknya bertaut dalam rancangan yang kokoh
berdasar kesepakatan besar bernama HARAPAN Kebaikan yang sama.
Karenanya, kebersihan itu bukan
lagi sisipan di kehidupan kita melainkan kebutuhan yang mendesak. Dimana jika
ia tiada, maka sesaklah nafas kita di kehidupan bermasyarakat, bernegara dan
berbangsa.
“ Mendapatkan
pemimpin ideal dalam konteks sempurna itu memang tidak mungkin, tapi memilih
pemimpin yang bersih merupakan kewajiban bagi umat Islam "
(H. Sodikun : Ketua
Umum MUI Palembang)
0 komentar:
Posting Komentar