“Apakah
kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu
(cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan
kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga
berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah
datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu
amat dekat.”
(QS
Al-Baqarah ayat 214)
Sahabat,
Begitu kencang hembusan tantangan
bagi calon pemenang sejati. Ia akan ditempa dengan tumbukan-tumbukan dahsyat
cobaan dan ujian yang silih berganti menghujam deras ke raganya. Mungkin ini
akan melemahkan daya tahan tubuhnya yang mengalami banyak luka ketika melewati
kejadian luar biasa tersebut. Akan tetapi, tahukah kita fikiran dan jiwanya
secara alami akan perlahan menjadi antidote
atau penawar atau bahkan pendeteksi bagi pribadinya untuk tidak jatuh kelubang
derita yang sama.
Sahabat,
Dunia ini jika tidak bersatu
dengan permasalahannya, takkan membuat pelajaran berarti bagi hamba-hamba Alloh
untuk berfikir dan berpegang teguh melaksanakan atas apa yang diperintahkan
serta menjauhi segala larangan-Nya. Para pribadi Hamba ini akan termotivasi
terus-menerus secara stimultan ditempa untuk menjadi pribadi tangguh yang penuh
kesyukuran. Alhasil, ia takkan mudah berputus asa atau hanya lintasan di
benaknya pun tentang patah semangat sudah menguap menjadi sesuatu yang tak
berarti lagi.
Sahabat,
Banyak keraguan menyeruak tentang
kapasitas suatu kepemimpinan untuk meraih kemenangan. Tahukah kita saudaraku, sesungguhnya sejarah menceritakan banyak
nostalgia yang bakal terulang prihal kemenangan-kemenangan yang akan terjadi di
luar nalar manusia. Seharusnya kita bisa mengambil banyak hikmah dalam terjadinya
perang Mut’ah. Ketika kaum Muslimin yang
hanya 3000 pasukan melawan 200.000 pasukan romawi dan sekutunya menang dalam pertempuran. Di satu sisi
mereka memiliki strategi yang luar biasa dari pimpinan mereka Kholid bin Walid
yang tidak pernah diperhitungkan kepemimpinannya sebelumnya. Tapi disisi lain jiwa
mereka yang paling luar biasa adalah rasa tak kenal gentar dan patah arang untuk
maju terus menerus berjuang walau tenaga dan tubuh hampir habis dan penuh luka.
Sahabat,
Saat ini kuantitas bukanlah hal
utama yang menjadi penentu hasil, tapi sudah sampai mana kualitas kita
mengevaluasi gerakan dakwah kita dan bergerak kembali dengan capaian kemenangan
yang jelas sesuai yang umat dan masyarakat ini butuhkan. Rangkul erat hati,
fikiran dan jiwa mereka agar kelak tubuh mereka mampu beraksi serta beramal
sholeh yang sama dengan kita. Dalam barisan pemenangan yang Alloh janjikan
hasilnya bagi para pejuang sejati
Sahabat,
Kita mengeluh dengan
pengeluaran sebagian kecil uang kita karena kita tidak membayangkan betapa
besarnya biaya jihad para sahabat. Mulai dari membeli unta atau kuda, baju besi
sampai senjata. Kita mengeluhkan masyarakat kita yang tidak juga menyambut
dakwah sementara Zaid, Ja’far, dan Ibnu Rawahah bahkan tak pernah mengeluh
meskipun berhadapan dengan 100.000 pasukan musuh. Kita merasa berat dan
seringkali mengeluh karena kita tak memahami bahwa perjuangan Islam resikonya
adalah kematian. Maka yang kita alami bukan apa-apa dibandingkan tombak yang
menghujam tubuh Zaid bin Haritsah. Yang kita keluhkan tidak ada apa-apanya
dibandingkan dengan sabetan pedang yang memutuskan dua tangan Ja’far bin Abu
Thalib dan membelah tubuhnya. Yang kita rasa berat tidak seberapa dibandingkan
luka-luka di tubuh Ibnu Rawahah yang membawanya pada kesyahidan
Lalu pantaskah kita
berharap Rasulullah menangis karena kematian kita? Pantaskah kita berharap
malaikat datang menyambut kita? Atau bidadari menjemput kita? Kemudian pintu
surga dibukakan untuk kita? Atau Pantaskah kita meraih kemenangan di Kota
Cimahi ini?
Semua pertanyaan hanya mampu dijawab oleh diri kita
sendiri
“ Cepat atau lambat Alloh akan memberikan Kemenangan bagi umat
Islam, dan untuk meraih kemenangan itu Alloh SWT menciptakan kondisi tertentu
sebagai ujian bagi keimanan kaum muslimin”
(Al Awlaki)
(Al Awlaki)
0 komentar:
Posting Komentar