Ihwal Mewujudkan "Kota Cyber" Cimahi
Oleh MIMING MIHVRJA
SEBAGAI kota yang baru berumur sembilan tahun pada Senin (21/6) ini, telah banyak perubahan positif yang dialami kota ini. Secara kasat mata, mudah dilihat visualisasi berbagai elemen fisik kota yang mencerminkan semangat perubahan menuju kualitas kehidupan sosial-ekonomi yang lebih baik. Secara jujur bisa dikatakan, sebagian besar dari perubahan positif tersebut tidak terlepas dari figur kepemimpinan saat ini yang memiliki konsep jelas serta konsisten dalam implementasinya.
Namun, tulisan ini juga hendak mengajak berpikir kritis dalam upaya menjaga kesinambungan pembangunan Kota Cimahi di masa yang akan datang. Salah satu faktor penting dalam menjaga kesinambungan momen kemajuan Kota Cimahi adalah menjaga keberlanjutan upaya perwujudan konsep-konsep pembangunan yang telah dimulai Kha paham, kebijakan pemimpin Kota Cimahi saat ini secara eksplisit mengarah pada pengembangan Kota Cyber Cimahi sebagai pusat jasa dan industri berbasis teknologi informasi (TT) sebagai tulang punggungnya. Kota kecamatan Baros telah dipilih sebagai calon kawasan yang pengembangan penelitian dan kegiatan produksi di bidang TI ini akan berlokasi melalui konsep pengembangan Baros Information Technology Creative (BITC). Infrastruktur dasar disiapkan termasuk dibangunnya Gedung Baros Cyber Creative Center (Baros C3).
Perspektif kritis terhadap konsep pembangunan ini mencuatkan dua pertanyaan pertama.bagaimana Kota Cimahi dapat berhasil menghidupkan bisnis TI sebagai sektor ekonomi unggulan yang mampu mengangkat perekonomian masyarakat, dihadapkan pada fakta yaitu Kota Bandung yang telah jauh sebelumnya mengembangkan cita-cita sejenis (melalui konsep Bandung High Tech Valley, yang kurang lebih mengadopsi konsep Silicon Valley-nya Amerika) sejauh ini temyata tidak cukup berhasil mewujudkannya? Makna pertanyaan ini adalah perlunya pemahaman terhadap faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan dari konsep yang pernah ada agar tidak terulang di Kota Cimahi.
Kedua, bagaimana menjaga kesinambungan kebijakan pemimpin daerah, mengingat faktor ini bisa menjadi penyebab lain dari kegagalan perwujudan misi pembangunan Kota Cimahi tersebut? Salah satu kesimpulan dari disertasi doktoral penulis menunjukkan, diskontinuitas political will dari pemimpin daerah akibat pergantian pemimpin daerah setiap lima tahun bisa menyebabkan terputusnya pelaksanaan rencana pembangunan jangka panjang, sebagaimana halnya konsep pengembangan Kota Cimahi sebagai kota bisnis berbasis TI ini. Ketidak-sinambungan ini bahkan bisa disebabkan hanya oleh hal sederhana seperti faktor selera pemimpin baru yang ingin mengembangkan konsep versi tersendiri sebagai aktualisasi dari eksistensi kepemimpinannya. Mengingat masa kepemimpinan Wali Kota Cimahi tidak mungkin diperpanjang, risiko berkurang atau hilangnya dukungan politisterhadap pengembangan Kota Cyber Cimahi ini hendaknya menjadi perhatian serius semua pemangku kepentingan pembangunan Kota Cimahi.
Sebagai negara yang memiliki berbagai kelemahan sistem infrastruktur industri IT. Indonesia (tentu saja Cimahi di dalamnya) harus bisa fokus pada produk spesifik dengan segmen pasar realistis. Sambil menjajagi potensi pasar luar negeri, ada baiknya pengembangan produk diarahkan pada pemenuhan kebutuhan pasar domestik seperti pengembangan program game dan animasi berbasis kekayaan budaya lokal, termasuk di dalamnya pemilihan karakter dari tokoh cerita rakyat, game yang dikembangkan dari permainan anak-anak setempat, dan lain-lain. Namun, inovasi ini perlu didukung strategi promosi dan pemasaran sistematis. Jika tidak, preferensi pasar lokal masih akan tetap berorientasi pada produk impor. Kerja sama dengan perguruan tinggi sebagai pusat sumber daya pengembangan teknologi TI sekaligus mitra strategis dalam mengembangkan jejaring kerja sama dalam skala internasional, merupakan langkah strategis yang harus ditempuh pemerintahnya.
Dalam perspektif pemberdayaan warga dari kelompok ekonomi lemah, penting juga dipertanyakan sejauh mana pengembangan produk industri berbasis TI ini akan mampu merangkul kelompok ini. Dari sisi kemampuan, tentu sukar membayangkan kelompok yang umumnya berpendidikan terbatas ini dapat secara langsung terlibat dalam kegiatan industri berbasis teknologi tinggi. Ini menjadi pertanyaan mendasar yang harus dipikirkan mengingat prinsip pemba-ngunan Kota Cimahi yang tentu juga berorientasi pada upaya perbaikan kehidupan warga kelompok bawah.
Beberapa strategi kreatif dapat dipikirkan, misalnya konsep pengembangan kawasan di sekitar Gedung Baros Cyber Creative Center menjadi pusat perdagangan dan hiburan sebagai altematif tujuan wisata kawasan Bandung Metropolitan dengan target utama wisatawan dari Jakarta. Produk-produk berbasis teknologi tinggi yang dihasilkan dapat dikombinasikan dengan produk tradisional yang dapat menyerap tenaga kerja dari kelompok bawah, seperti kerajinan tangan dan makanan khas yang menciptakan daya tarik tersendiri.
Menjaga komitmen
Saat ini, pelaksanaan program pengembangan telah mencapai penyiapan rencana dasar pengembangan sistem serta pembangunan infrastruktur fisik dengan hampir rampungnya pembangunan Gedung Baros Cyber Creative Center di kawasan gerbang tol Baros. Tahap pengembangan berikutnya masih memerlukan serangkaian upaya serius, khususnya tahap penelitian dan pengembangan, yang jelas menuntut konsistensi dukungan khususnya dari pemerintah, serta umumnya dari semua pemangku pembangunan Kota Cimahi, termasuk DPRD, sektor swasta, kaum cendikia, elemen pemuda, LSM, perguruan tinggi, dan lain-lain.
Kita memahami, pimpinan daerah saat ini sangat besar peranannya sebagai inisiator sekaligus pendorong perwujudan konsep Kota Cyber Cimahi. Kebijakan ini telah mendorong arus alokasi sumber daya pembangunan Kota Cimahi sebagaiinvestasi publik yang ditanamkan pada sektor ini Ada harapan sekaligus risiko yang diambil oleh pemerintah Kota Cimahi atas kebijakannya ini. Masyarakat tentu berharap pengorbanan yang telah ditempuh dengan konsekuensi terkuranginya potensi pendanaan untuk sektor lain tidak menjadi investasi sia-sia.
Di pihak lain, upaya ini menghadapi ancaman diskontinuitas dukungan politik pemerintah pada saat pergantian pimpinan daerah pada dua tahun yang akan datang. Untuk menghindari risiko tersebut, diperlukan regulasi daerah yang secara formal mampu mengawal proses pengembangan konsep ini secara konsisten dalamjangka panjang. Juga perlu disadari setiap pemangku kepentingan pembangunan Kota Cimahi untuk senantiasa menjaga komitmen secara kolektif sehingga misi ini dapat terus diupayakan untuk mewujudkan Cimahi sebagai kota industri berbasis TI secara utuh pada jangka waktu yang diperlukan.
Tulisan ini ingin mengajak para pemangku kepentingan pembangunan Kota Cimahi untuk menyadari dan secara kolektif menjaga komitmen untuk melanjutkan perwujudan Kota Cyber Cimahi, agar segenap sumber daya yang telah dikerahkan tidak terbuang sia-sia. Pengembangan Kota Cyber Cimahi harus dilanjutkan secara konsisten dan sungguh-sungguh, terlepas dari siapa yang menjadi pimpinan daerah berikutnya. ***
Penulis, peneliti pada Kelompok Keahlian Sistem Infrastruktur Wilayah dan Kota, SAPPK ITB; pemerhati pembangunan Kota Cimahi.
0 komentar:
Posting Komentar